Amazon akan meluncurkan 27 satelit pertama dari proyek internet satelit Kuiper pada 9 April 2025 menggunakan roket Atlas V milik United Launch Alliance (ULA) dari Cape Canaveral, Florida.
Peluncuran ini menandai dimulainya fase penyebaran konstelasi satelit Kuiper secara besar-besaran, yang akan terdiri dari lebih dari 3.200 satelit di orbit rendah Bumi (LEO).
Satelit tersebut dirancang untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi (hingga 400 Mbps) dengan latensi rendah, bersaing langsung dengan Starlink milik SpaceX.
Kelebihan Amazon Kuiper
- Amazon Kuiper menawarkan terminal standar dengan harga lebih murah dibawah $400. Biaya layanan bulanan juga dijanjikan lebih kompetitif, terutama untuk pasar Indonesia.
- Amazon memanfaatkan infrastruktur cloud AWS untuk meningkatkan efisiensi layanan, termasuk dukungan teknologi Optical Inter-Satellite Link (OISL) yang memungkinkan transfer data antar-satelit hingga 100 Gbps 53. Ini berpotensi meningkatkan keandalan layanan cloud dan IoT.
- Satelit Kuiper memiliki desain ramah lingkungan, dilapisi film cermin dielektrik untuk mengurangi pantulan cahaya matahari yang mengganggu pengamatan astronomi, suatu keunggulan dibanding Starlink yang kerap dikritik karena polusi cahaya.
- Satelit Kuiper mengorbit lebih tinggi pada ketinggian ~500 km, lebih tinggi daripada Starlink (~400 km). Meski menyebabkan sinyal 40% lebih lemah, orbit ini memberikan cakupan area lebih luas per satelit. Amazon mengompensasinya dengan antena 20% lebih besar.
- Amazon berencana menginvestasikan Rp328 miliar untuk ekspansi di Indonesia, jauh lebih besar daripada Starlink (Rp30 miliar). Kolaborasi dengan Kemkominfo difokuskan pada wilayah 3T, dengan potensi penciptaan lapangan kerja lokal.
Kekurangan Amazon Kuiper
- Kuiper baru meluncurkan 27 satelit pertama pada April 2025, sementara Starlink sudah mengoperasikan lebih dari 7.000 satelit 37. Ini membuat Kuiper tertinggal dalam hal cakupan dan kematangan teknologi.
- Meski orbit lebih tinggi memperluas jangkauan, sinyal yang melemah mengharuskan pengguna menggunakan antena besar, mengurangi portabilitas perangkat. Starlink lebih unggul dengan terminal kompak (seperti Starlink Mini berukuran 7 inci).
- Kuiper masih dalam proses mengajukan izin operasional di Indonesia, sementara Starlink sudah beroperasi sejak Mei 2024 4. Ketergantungan pada regulasi baru (misalnya NIB untuk perusahaan asing) berpotensi menghambat ekspansi.
- Uji coba Kuiper di Indonesia menunjukkan kecepatan maksimal 400 Mbps untuk model standar, sementara Starlink mencapai 220–300 Mbps di beberapa area 38. Namun, kecepatan ini mungkin turun seiring penambahan pengguna.
Kelebihan Starlink
- Starlink sudah memiliki 7.000+ satelit dan layanan aktif di 50+ negara, termasuk Indonesia. Latensi lebih rendah (28–40 ms) karena orbit lebih rendah.
- Starlink menawarkan terminal mini yang mudah dipasang di lokasi terpencil, seperti kapal atau daerah bencana 68. Kuiper masih mengandalkan terminal berukuran 11–30 inci 5.
- Starlink menyediakan uji coba 30 hari dengan garansi pengembalian dana, sementara Kuiper belum mengumumkan kebijakan serupa.
Kekurangan Starlink
- Harga langganan Starlink mencapai Rp750.000/bulan untuk rumahan, belum termasuk biaya perangkat Rp7,8 juta. Ini kurang terjangkau untuk masyarakat menengah ke bawah.
- Konstelasi satelit Starlink dikritik karena polusi cahaya dan risiko sampah antariksa.
- Sinyal Starlink rentan melemah saat hujan lebat atau badai, meski tetap lebih stabil dibanding internet satelit GEO.
Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia (Kemkominfo) sedang menjajaki kerja sama dengan Amazon Kuiper untuk memperluas akses internet di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Kuiper akan bersaing ketat dengan Starlink yang sudah memiliki lebih dari 7.100 satelit. Namun, Amazon mengandalkan pengalaman dalam layanan cloud (AWS) dan produksi massal perangkat konsumen untuk menawarkan terminal internet yang terjangkau.
Layanan komersial direncanakan mulai akhir 2025, dengan fokus pada wilayah rural, pemerintah, dan perusahaan368.
Proyek ini diharapkan membawa internet ke miliaran orang yang belum terhubung, termasuk di Indonesia. Keberhasilan Kuiper dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan layanan kesehatan di daerah terpencil, sekaligus memperkuat infrastruktur digital global.
Peluncuran pada 9 April akan disiarkan langsung melalui situs ULA. Masyarakat dapat memantau perkembangan misi ini sebagai langkah awal revolusi konektivitas Amazon di luar Bumi.
Dengan kombinasi ambisi teknologi dan kolaborasi global, Amazon Kuiper berpotensi mengubah lanskap internet satelit dan mempercepat inklusi digital di seluruh dunia.
Sumber:
- Bisnis.com - "27 Satelit Amazon Kuiper Bakal Meluncur Perdana 9 April 2025"
- Kompas.com - "Apa Itu Amazon Kuiper, Internet Satelit yang Segera Masuk Indonesia"
- Bisnis.com - "Komdigi Berharap Satelit Amazon Kuiper Buka Lapangan Kerja Baru"
- Cloudcomputing.id - "Amazon Uji Coba Satelit dengan Teknologi Laser"
- KompasTV - "Amazon Kuiper Segera Beroperasi di Indonesia"
- Telset.id "Amazon Kuiper, Pesaing Starlink yang Bikin Internet Makin Murah"